Demi memiliki hunian yang ramah lingkungan, kita harus menciptakan sebuah taman. Sayang, keterbatasan lahan membuat kita sulit mengaplikasikannya.
Arsitek lanskap Bagus Tatang Dewantoro mengatakan, karena kondisi pemanasan global, sebaiknya menciptakan hunian yang ramah lingkungan atau dengan menghadirkan lingkungan yang hijau, seperti taman, roof garden, dan wall garden. Alternatif yang lebih dulu diminati negara-negara tetangga untuk menciptakan lingkungan hijau meski memiliki keterbatasan lahan di bagian dasar hunian itu, salah satunya adalah dengan penghijauan di atap rumah. Nah, jika hunian Anda memiliki lantai atap yang mubazir alias tidak terpakai, segeralah memanfaatkan space layak tersebut sebagai taman.
Prinsipnya, mendesain taman di lantai atap sebuah hunian hampir sama dengan konsep menanam tanaman di dalam pot. Bedanya, medianya sedikit lebih besar dan pengaplikasiannya memang tidak semudah menanam tanaman dalam pot.
Kehadiran taman atap atau yang lebih dikenal sebagai roof garden, selain menambah keteduhan dengan menyajikan pemandangan yang berbeda dari taman konvensional, juga berfungsi menyerap gas-gas beracun. Namun, untuk menghadirkan taman atap ini, sinar matahari, temperatur, kecepatan angin, curah hujan, kemiringan bangunan, dan tingkat keamanan perlu diperhatikan.
Selain itu, pembuatan taman atap memerlukan biaya yang tidak sedikit karena membutuhkan struktur dan konstruksi atap yang spesifik dan kuat untuk menahan beban taman tersebut. Beban itu berasal dari tanaman, tanah yang digunakan sebagai media tanam, pot, dan air. Apalagi jika Anda tidak puas dengan tanaman dalam pot dan ingin menghadirkan pohon berukuran besar, maka plat lantai lokasi tanam dan dinding penahan harus didukung struktur yang kuat agar atap bisa menahan beban tersebut dan tidak runtuh.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah konstruksi atap yang rawan bocor. Karena itu, jika benar-benar ingin menghadirkan taman atap, bersiaplah melengkapi lantai atap dengan saluran pembuangan air. Untuk melancarkan aliran air ke lubang pembuangan itu juga diperlukan adanya lapisan drainase dengan menggunakan drainage cell, yang ringan tetapi sangat kuat.
Agar air dari tanah tanaman tidak tembus masuk ke lapisan beton atau dak lantai atas hingga menyebabkan kebocoran, sebaiknya dasar lantai yang akan dijadikan taman terlebih dulu dilapisi dengan lapisan waterproof. Kemudian, baru di atas lapisan tersebut diletakkan media tanam.
Untuk media tanam, formula yang digunakan sebaiknya harus yang ringan, tapi memiliki kemampuan menyediakan zat hara dan kelembapan. Untuk mengurangi beban taman di atap, media tanam tanah bisa dibarter dengan media yang lebih ringan, seperti kompos, humus, batu apung, ataupun serabut kelapa. Selain lebih ringan, air endapan siraman tanaman pun tidak kotor, seperti halnya jika terjadi pada media tanah yang biasanya menghasilkan air endapan berwarna cokelat.
Arsitek lanskap Nirwono Yoga beberapa waktu lalu mengatakan, adanya krisis pangan menyebabkan gagasan roof garden layak dibudayakan. Taman ini bisa dijadikan apotek hidup atau kebun sayuran. "Tidak zaman lagi bikin taman dari segi estetis saja," katanya. Selain menghijaukan hunian, Nirwono menjelaskan, hasil dari apotek hidup atau kebun sayuran ini dapat dikonsumsi pemiliknya.
Sumber: www.trisigma.co.id
Arsitek lanskap Bagus Tatang Dewantoro mengatakan, karena kondisi pemanasan global, sebaiknya menciptakan hunian yang ramah lingkungan atau dengan menghadirkan lingkungan yang hijau, seperti taman, roof garden, dan wall garden. Alternatif yang lebih dulu diminati negara-negara tetangga untuk menciptakan lingkungan hijau meski memiliki keterbatasan lahan di bagian dasar hunian itu, salah satunya adalah dengan penghijauan di atap rumah. Nah, jika hunian Anda memiliki lantai atap yang mubazir alias tidak terpakai, segeralah memanfaatkan space layak tersebut sebagai taman.
Prinsipnya, mendesain taman di lantai atap sebuah hunian hampir sama dengan konsep menanam tanaman di dalam pot. Bedanya, medianya sedikit lebih besar dan pengaplikasiannya memang tidak semudah menanam tanaman dalam pot.
Kehadiran taman atap atau yang lebih dikenal sebagai roof garden, selain menambah keteduhan dengan menyajikan pemandangan yang berbeda dari taman konvensional, juga berfungsi menyerap gas-gas beracun. Namun, untuk menghadirkan taman atap ini, sinar matahari, temperatur, kecepatan angin, curah hujan, kemiringan bangunan, dan tingkat keamanan perlu diperhatikan.
Selain itu, pembuatan taman atap memerlukan biaya yang tidak sedikit karena membutuhkan struktur dan konstruksi atap yang spesifik dan kuat untuk menahan beban taman tersebut. Beban itu berasal dari tanaman, tanah yang digunakan sebagai media tanam, pot, dan air. Apalagi jika Anda tidak puas dengan tanaman dalam pot dan ingin menghadirkan pohon berukuran besar, maka plat lantai lokasi tanam dan dinding penahan harus didukung struktur yang kuat agar atap bisa menahan beban tersebut dan tidak runtuh.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah konstruksi atap yang rawan bocor. Karena itu, jika benar-benar ingin menghadirkan taman atap, bersiaplah melengkapi lantai atap dengan saluran pembuangan air. Untuk melancarkan aliran air ke lubang pembuangan itu juga diperlukan adanya lapisan drainase dengan menggunakan drainage cell, yang ringan tetapi sangat kuat.
Agar air dari tanah tanaman tidak tembus masuk ke lapisan beton atau dak lantai atas hingga menyebabkan kebocoran, sebaiknya dasar lantai yang akan dijadikan taman terlebih dulu dilapisi dengan lapisan waterproof. Kemudian, baru di atas lapisan tersebut diletakkan media tanam.
Untuk media tanam, formula yang digunakan sebaiknya harus yang ringan, tapi memiliki kemampuan menyediakan zat hara dan kelembapan. Untuk mengurangi beban taman di atap, media tanam tanah bisa dibarter dengan media yang lebih ringan, seperti kompos, humus, batu apung, ataupun serabut kelapa. Selain lebih ringan, air endapan siraman tanaman pun tidak kotor, seperti halnya jika terjadi pada media tanah yang biasanya menghasilkan air endapan berwarna cokelat.
Arsitek lanskap Nirwono Yoga beberapa waktu lalu mengatakan, adanya krisis pangan menyebabkan gagasan roof garden layak dibudayakan. Taman ini bisa dijadikan apotek hidup atau kebun sayuran. "Tidak zaman lagi bikin taman dari segi estetis saja," katanya. Selain menghijaukan hunian, Nirwono menjelaskan, hasil dari apotek hidup atau kebun sayuran ini dapat dikonsumsi pemiliknya.
Sumber: www.trisigma.co.id